.

HIDUP TERLALU SINGKAT UNTUK KAMU LEWATKAN TANPA MENGUNJUNGI BLOG INI

Selasa, 14 Agustus 2012


A Piece of Moment (part1) 10-8

Drrt...drrt... sebuah pesan sampai di handphoneku, aku meraihnya malas. Siang ini benar-benar bolong, panasnya membuatku ingin mengangkut es di kutub sana.

From:: Orzha
Nanti jadi gak bubarnya?

Ahh, ternyata dia ingat juga rencana minggu lalu itu, walaupun itu sepertinya akibat ku ingatkan beberapa hari yang lalu.

To:: Orzha
Ingat?

Sindirku asal. Lah kenapa aku jadi kesal sendiri, udah untung dia ingat. Ahh, sebodo amatlah, toh smsnya sudah terkirim.

From:: Orzha
Ingat dong nek :p, jadi gak?

Hmm... awas aja kalo sampe dia lupa, aku akan menggigitnya lebih parah dari drakula jika bertemu nanti. Aku membalas pesannya, tentu saja jadi, aku bahkan sudah siap dari minggu lalu. Sesuai rencana, kami akan buka puasa di luar sekaligus sholat di masjid luar juga, maksudnya bukan masjid yang sehari-hari menjadi tempat semayam kami. Bosan saja, sekedar mengganti suasana untuk kepuasan pribadi, hhaha.

15 menit lagi jam 5, saatnya menkonkretkan rencana kami.

“Deaaaaaaaas...” lengkingan milik Orzha tengah merambat lewat udara, ahh cepat juga dia, biasanya aku lebih cepat dari dia.
“lima menit!!” kataku padanya setelah berlari keluar.
Dengan kilat dan petir aku berdandan seadanya, aku selalu ingin tampil sederhana tapi berkesan tapi sepertinya tidak bisa, aku tipe yang asal-asalan, penampilanku selalu terlihat kacau, padahal aku sudah memanut diri menatap cermin setengah jam. Setengah jam guysss, tumitku serasa mau copot saking pegelnya, dan hasilnya juga ga ada. Dasar cewek payah!!!
Aku melesat keluar setelah ku rasa waktuku telah berlalu, ku lihat Orzha tengah bersenandung gaje di atas dingdonya (motor matic hitam-belang-merah favoritnya). Dengan sabar dia menungguku mengunci pintu dan pagar rumah orang tuaku. Anak ini memang tipe penyabar sekaligus bijaksana, tapi sampai mati pun aku takkan pernah mengatakan hal ini padanya. Aku bukan tipe orang pemuji ataupun senang dipuji. Sifat kami kebanyakan berlawanan, entah apa yang membuatku merasa cocok berteman, maksudku bersahabat dengannya. Hidup memang kolektor tanda tanya.

Dingdo melaju membelah keramaian kota Malang, jalanan semakin sesak pada jam rawan begini, membuat dingdo tidak mengeluarkan semua tenaganya.
Sudah setengah jam kami berputar-putar menjelajahi setiap ruas jalan yang dapat kami pandang, hari ini Orzha ingin makan karedok, cukup sulit mencarinya. Sebenarnya kami sudah punya tujuan sebelumnya, tapi tempat makan yang kami maksud tutup, jadilah kami berkeliling-liling dulu.

“Yas, ga usah karedok ga papa.” Teriak Orzha padaku. Topik yang melenceng dari pembahasan kami sebelumnya.
“yakin?” tanyaku memastikan, dia mengangguk pasti.
(17.55)... yang benar saja, walaupun tidak mencari menu karedok, tetap saja kami masih setia di atas Dingdo saat ini. Kenapa setiap tempat harus rame sih? Kalo ga rame, menunya ga cocok, huh kalo gini situasinya keburu maghrib duluan deh, dumelku dalam batin.
“kita ke cega food aja gimana Or?” tanyaku akhirnya
“yaudah ayok,” sahutnya tak kalah pasrah denganku.
Dingdo berbelok ke selatan menuju Cega Food.
10 menit perjalanan membuahkan hasil, untung Cega Food ga begitu jauh dari tempat kami tadi. Cega Food ga begitu rame, Cuma ada sekelompok remaja cowok yang tengah melahap sadis makanannya, beberapa cowok di sudut lainnya, dan beberapa meja yang juga tengah di tempati remaja cowok. Haissh kenapa tempat ini dipenuhi makhluk berlabel cowok sih, hanya kami yang terlihat bagai bidadari disini, haha bidadari main layangan maksudnya. Saking langkanya jenis kami di sini, akhirnya semua mata memandang kehadiran kami, aura kami mengalihkan perhatian mereka. Hhuakakkakakkkk...
Aku berjalan menuju konter soto ayam di sebelah konter bakso dan ayam panggang, aku lantas memesan seporsi soto ayam yang ternyata diikuti Orzha.
Kami memilih meja di tengah ruangan, hemm... habislah kami jadi bahan perhatian.
Seorang kakak pelayan dari koter minuman lewat, kesempatan itu langsung ku gunakan tanpa pamrih, aku memesan es sari kacang hijau dan Orzha memesan segelas besar es kelapa muda.
Pesanan kami datang dalam waktu yang lumayan cepat, mengingat kami sudah terlambat membatalkan puasa hari ini. Aku langsung menyeruput dalam es sari kacang hijauku, aku benar-benar haus. Eh? Rasanya...pahit. haiss setelah pait terasa hambar, es kelapa muda Orzha juga sama saja denganku. Yang benar saja, setelah berpanas-panas ria, menahan haus sampai maghrib, ditambah tragedi-putar-putar-kota-cari-tempat-bukaan tadi, eh malah disambut dengan keterlambatan berbuka dan minuman yang sama sekali pengen dimuntahin-ke-muka-kakak-pelayan-tukang-konter-minuman-pait-dan-hambar. Dengan susah payah aku menghabiskan setengah gelas es tersebut.
Aku lalu menyendokkan perlahan soto-ayam-dengan-tampilan-agak-aneh yang sudah ku pesan beberapa menit lalu. Dan rasanya benar-benar cocok. Cocok dengan minumannya yang pahit dan hambar itu, soto ayam ini juga ga ada rasanya, malah beberapa komponen terasa mengerikan karena mengandung kadar asam yang mematikan. Hancur sudah hari ini, soto-ayam-asam dan es-sari-kacang-hijau-pahit-dan-hambar, dua menu setan yang mematikan.
Aku yakin Orzha juga sependapat denganku tentang menu mengerikan tersebut, tapi dia terlihat baik-baik saja, malah dengan lahap menghabiskan semuanya. Dasar makhluk ndeso ngeluh, semuanya terlihat oke-oke saja dimatanya. Tentu saja dia bakal hidup lebih lama daripada aku jika kami ditempatkan di zaman batu, dia bisa memanfaatkan apa saja di sekitarnya tanpa kenal keluhan. Sedangkan aku? Walaupun bisa tetap saja tipe seperti aku akan gugur duluan. Bahkan menurut perkiraanku, dia bakal bertahan sampai zaman sekarang.

 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar